Monday, December 31, 2018

Penjelajahan Candi di Daerah Prambanan dan Klaten


Penjelajahan ke Candi Di Prambanan dan Klaten

Candi Sewu yang Keren

Berawal dari percakapan singkat di Face Book, " Besok ke Prambanan yuk", dan di jawab "Mangkat", maka pagi itu kami ke Prambanan. Memang angan-angan untuk pergi ke Candi Prambanan dan Ratu Boko sudah lama muncul, tetapi karena kesibukan dan hal lain, menyebabkan belum terealisasi. Ini adalah sabtu tanggal 29 Desember 2018, hari hari terakhir liburan bagi kaum Guru.
Rifa malam itu tanya," Pak besok sido opo ora ?", Saya jawab sido Bro besok pukul 05.00 WIB saya ke selolahan' (SMA 7 Semarang). Dijawab Rifa "ok" Pagi itu saya bangun pukul 04.00 WIB untuk bersiap, mandi dll. karena tidak ada orang yang dapat dipamiti maka saya mengambil selembar kertas, saya tulis di lembar kertas tersebut " Saya Ke Prambanan dengan Rifa (guru sejarah SMA 7 Semarang) terus di tempel di papan pengumuman di kamar, sebagai petunjuk agar jika ada mencari jelas perginya ke mana.
Memulai Perjalanan dari Candi Ke candi, Kiri Rifa Irwansani (Versa)  dan Awang Wisnuaji (Mega Pro)
Semua di pack, jas hujan, Topi, dompet uang dll sudah ready, saya keluarkan si Mega (sebutan untuk motor Honda Megapro yang saya miliki) dan jreng saya menuju ke SMA 7 Semarang, di jalan saya kok ada yang ngganjel apa ya? ternyata saya lupa salat subuh (terlalu bersemangat), akhirnya saya putuskan untuk mampir sejenak di Masjid dekat kuburam di jatibarang. Setelah salat langsung saya teruskan perjalanan ke SMA 7 Semarang, sampai di SMA7 semarang, Rifa sudah menunggu dan sudah siap berangkat. Sejenak Rifa bersiap memakai jaket, helm dan slayer, Lewat mana Bro " Manut", "Gunung pati aja", saya jawab. Langsung kami mengendarai motor menuju ke Prambanan lewat gunung pati.

Sarapan
Perjalanan kami lewati dengan sangat lancar, jalan sepi dan lengang sehingga kami dapat melaju dengan cukup kencang. Awalnya kami akan sempatkan mampir ke Boyolali untuk sarapan, ternyata naggung karena baru pukul 06.30 WIB, sehingga kami putuskan untuk terus saja, baru sampai klaten kami mampir untuk sarapan di Sop Ayam Pak Min. Cukup nikmat sarapan yang kami makan, tidak salah mampir, 2 porsi sup ayam bagian dada, es teh, teh anget, krupup 2, tempe 2, nasi 3 porsi habis sekita Rp 40.000,00 menurut kami rasa dan harganya pas, enak dan tidak mahal. bisa direkomendasikan untuk perjalanan lain waktu mampir ke tempat tersebut. setelah kenyang kami lanjutkan perjalanan lagi.
Awal Petualangan di Prambanan
Candi Prambanan
Sampai di Candi Prambanan pukul 08.10 WIB, weh enak banget suasanan nya sepi kayaknya. karena parkirannya tidak banyak motor dan mobil, setelah itu kami masuk. Sebelum masuk ada biro yang menawarkan mengenai paket perjalanan, ada Prambanan, Ratu Boko, Candi Bayutibo dan Candi Hijau, ini sebetulnya yang menginspirasi kai ternyata di Prambanan tidak hanya ada candi Prambanan dan ratu boko, ada banyak destinasi yang lain dan tempatnya tidak terlampau jauh. Tetapi jika menggunakan biro tersebut biayanya lumayan Rp 650.000, 00 satu jeep, weh luamayan mahal... nanti aja mas kami pikir2 dulu.
Setelah itu kami langsung ke tiket di sana ada beberapa penawaran, Paket prambanan 45 Ribu dan Paket prambanan dan ratu boko Rp 75 ribu. Kami putuskan paket Prambanan dan ratu boko. Setelah kami membeli tiket kami masuk ke taman Prambanan, ketika membeli tiket tadi di beri petunjuk "belakang rumah kayu mas tempat nunggu jemputan", kata semorang petugas. Setelah registrasi tak menungggu lama mobil yang mengantar kami datang. Lalu kami menuju ke ratu boko, perjalanan tak begtu lama kurang lebih 20 menit udah sampat di ratu boko.

Keraton Ratu Boko
Keraton Ratu Boko

Di benak saya selama ini ratu boko saya kira adalah sebuah candi, kami masuk melewati teras teras dan sampai di gerbang ratu boko, tentunya ini adalah tempat yang paling ikonik dari ratu boko, kami sempatkan untuk berfoto dan berswafoto, disekitar kami rame wisatawan kalo dari bahasanya bukan dari Indonesia terlihat dari logatnya dari Malaysia. Sejenak kami membaca keterangan, sekilas membaca baru saya ngeh, ternyata ratu boko bukanlah candi melainkan sebuah kediaman yang besar atau sebuah keraton. selama ini yang saya kira batu2 berserak dari sisa candi adalah lantai atau pondasi dari bangunan.
Gerbang Keraton Ratu Boko
Suasanan di ratu boko sangat menyenangkan, bersih, sejuk dan benar-benar mempesona, hamparan rumput hijau dan tumpukan batu bekas bangunan terhanpar di hadapan kami. sangat cantik dan mempesona, 'inilah tempat syuting AADC II" kata Rifa, "tempat bertemunya Cinta dan Rangga", Rifa menambahkan. Seperti seorang tour gate profesional Rifa mengajak saya berkeliling sambil menjelaskan seluk beluk, sejarah dari tempat ini. Ada tempat untuk menunggu tamu, pemandian, pendopo, barak prajurit, pemandian putra, pemandian putri, rumah dayang dan tempat tinggal para putri, ternyata benar-benar pemandangan yang eksotik.
Pagar Di Keraton Ratu Boko
Tempat ini saya rekomendasikan kepada teman-teman yang ingin berkunjung ke prambanan. Suasanan si ratu boko juga sangat nyaman, udaranya yang sejuk karena di puncak bukit. "Lain waktu kalo ke sini bawa tiker pak, tidur siang" kata Rifa. Memang udara yang sejuk, angin sepoi-sepoi membuat kami jadi ngantuk dan ingin tidur siang. Puas berkeliling ratu boko kami kembali ke tempat shuttel untuk kemali ke prambanan. Kali ini saya menunggu cukup lama sekita 20 menitan, karena kabarnya pengunjungnya membludak, maklum musim liburan, sampai kami akhirnya yang menjemput kami bukan mobil elf tetapi mobil avansa, karena saking penuhnya. tenyata benar begitu kami sampai di prambanan, candi prambanan seperti lautan manusia,

Candi Prambanan
Padahal tujuan utama kami awalnya adalah candi Prambanan, tetapi karena ramenya candi prambanan membuat nya tidak nyaman. Kami masuk candi nanti,  wah wah mau naik saja sulit karena berdesak-desakana. terus ke candi Siwa sama saja, mau naik mau turun susah karena berjubel orang. hanya 2 candi yang kami masuki selanjutnya kami putuskan untuk keluar dari komplek candi prambanan, cukup kami beli lembaran fotokopi dan foto beberapa jepretan di prambanan.
sebenarnya candi prambanan candi yang sangat megah, sebagai candi Hindu terbesar di asia tenggara dan saat ini masuk ke dalam warisan dunia unesco. Tetapi sekali lagi karena terlalu banyak pengunjung kami tidak dapat banyak eksplorasi.

Candi Lumbung
Candi Lumbung
Keluar komplek kami teruskan ke candi Lumbung, candi Lumbung adalah Candi Umat Budha, candi budha di sebelah candi hindu, candi ini dekat dengan prambanan cuma beberapa ratus meter saja, lalu kami istirahat di bedeng dan berbicang dengan pak adil (Satpam di Taman Prambanan), dari namanya saya kira candi ini adalah candi untuk menyimpa beras, karena namanya lumbung.. ternyata tidak. berbincang dengan pak adil " kalo mau lihat candi ada banyak mas di belakang ada candi bubrah, dan candi Sewu".
 Tambahan : Candi Lumbung terletak di Dusun Tlatar, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Candi ini berada tepat di tepi Kali Apu, yang mengalir dari Gunung Merapi di lereng sisi barat. Tempat ini dapat dicapai dari jalan raya Yogyakarta-Magelang di pertigaan Blabak (sekitar pabrik kertas) ke arah Ketep. Candi ini terletak berdekatan dengan dua candi lain, yaitu Candi Pendem dan Candi Asu. Ketiga candi sering disebut dengan Candi-candi Sengi.
Tidak jelas apakah nama Lumbung memang merupakan nama candi ini atau nama itu hanya merupakan sebutan masyarakat di sekitarnya karena bentuknya yang mirip lumbung (bangunan tempat penyimpanan padi). Bangunan suci Buddha ini merupakan gugus candi yang terdiri atas 17 bangunan, yaitu satu candi utama yang terletak di pusat, dikelilingi oleh 16 candi perwara. Halaman komples Candi Lumbung ini ditutup hamparan batu andesit.

Candi Bubrah
Candi Bubrah
ini adalah candi budha, saat ini candi bubrah sudah di rekontruksi tahun (2016-2017) sehingga sudah berbentuk candi yang mengah. kenapa di sebut bubrah karena waktu ditemukan tidak berbentuk.
Candi Bubrah terletak di dalam Kawasan Wisata Prambanan, yaitu di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Tidak banyak informasi yang didapat mengenai candi yang saat ini tinggal berupa 'batur' (kaki candi) yang telah rusak dan onggokan batu bekas dinding. Nama 'Bubrah' dalam bahasa Jawa berarti hancur berantakan. Tidak jelas apakah candi ini dinamakan Bubrah karena ketika ditemukan kondisinya memang sudah dalam keadaan (bubrah) berantakan atau karena memang itulah namanya.

Candi Buddha ini relatif kecil dengan denah dasar persegi panjang, memanjang arah utara-selatan. Ukuran tepatnya tidak bisa didapatkan karena reruntuhan candi ini dikelilingi pagar terkunci. Tinggi batur (kaki) candi sekitar 2 m. Sepanjang pelipit atas dihiasi dengan pahatan berpola simetris. Tidak terlihat adanya sisa-sisa relief pada dinding kaki candi. Tangga naik ke selasar di permukaan batur terletak di sebelah timur.

Candi Sewu
Candi Sewu yang mempesona

Perjalanan kami teruskan ke candi sewu, perjalanan kami tidak sia-sia, kami di suguhi candi yang menurut kami sangat spektakuler, candi sewu candi budha no 2 terbesar setelah candi borobudur, candi sangat keren tetapi sangat sepi. benar-benar kita dapat menikati nya. hanya ada beberapa orang saja yang berkunjung karena menggunakan sepeda, atau kereta atau biro khusus dengan gaet nya. sangat disayangkan, walau masi satu komplek dengan candi prambanan tetapi pengunjung tidak tahu banyak candi di sisi.
ketika kita memasuki candi terebut kita di suguhi oleh 2 patung Drawapala, patung raksasa sebagai penjaga candi.  Pemandangan nya keren, dalam hati saya sangat kagum betapa hebatnya orang jaman hadulu yang dapat membangun bangunan semegah itu.

Di kompleks candi prambanan saya dalam hati betapa hebatnya era itu, dalam satu kokmplek ada beberapa bangunan megah dengan berbeda agama, candi prambanan dengan agama hindu dan candi sewu, lumbung dan bubrah dengan agama budaya, betapa toleransi budaya sudah berkembang dengan baik, penganut agama dapat hidup rukun berdampingan.

Lelah berpetualang kami putuskan untuk istirahat, salat di sekitar taman prambanan. Setelah selesai salat, kami keluar dari komplek prambanan, saat kami hendak menuju ke tempat parkir kami bertemu dengan anggota saka bayangkara klaten yang bertugas untuk pos pam di Prambanan, sangat membanggkakan seorang pramuka turut andil dalam pengamanan daerah wisata.
sebelum kami teruskan perjalanan kami isi perut dulu, perut sudah keroncongan karena tenaga terkuras dalam perjananan kami, arah ke candi plaosan kami mampir di warung makan di pinggir jalan, menu sederhana ayam goreng dan Pindang menjadi santap siang kami, rasanya enak banget kami sangat lahap, karena memang lapar ya...

Tambahan :
Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Dari kota Yogyakarta jaraknya sekitar 17 km ke arah Solo. Candi Sewu merupakan gugus candi yang letaknya berdekatan dengan Candi Prambanan, yaitu kurang lebih 800 meter di sebelah selatan arca Rara Jongrang.
Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8, atas perintah penguasa Kerajaan Mataram pada masa itu, yaitu Rakai Panangkaran (746-784 M) dan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Walaupun rajanya beragama Hindu, Kerajaan Mataram pada masa mendapat pengaruh kuat dari Wangsa Syailendra yang beragama Buddha. Para ahli menduga bahwa Candi Sewu merupakan pusat kegiatan keagamaan masyarakat beragama Buddha. Dugaan tersebut didasarkan pada isi prasasti batu andesit yang ditemukan di salah satu candi perwara. Prasasti yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan berangka tahun 792 Saka tersebut dikenal dengan nama Prasasti Manjusrigrta. Dalam prasasti tersebut diceritakan tentang kegiatan penyempurnaan prasada yang bernama Wajrasana Manjusrigrha pada tahun 714 Saka (792 Masehi). Nama Manjusri juga disebut dalam Prasasti Kelurak tahun 782 Masehi yang ditemukan di dekat Candi Lumbung.

Candi Sewu terletak berdampingan dengan Candi Prambanan, sehingga saat ini Candi Sewu termasuk dalam kawasan wisata Candi Prambanan. Di lingkungan kawasan wisata tersebut juga terdapat Candi Lumbung dan Candi Bubrah. Tidak jauh dari kawasan tersebut terdapat juga beberapa candi lain, yaitu: Candi Gana, sekitar 300 m di sebelah timur, Candi Kulon sekitar 300 m di sebelah barat, dan Candi Lor sekitar 200 m di sebelah utara. Letak candi Sewu, candi Buddha terbesar setelah candi Borobudur, dengan candi Prambanan, yang merupakan candi Hindu, menunjukan bahwa pada masa itu masyarakat beragama Hindu dan masyarakat beragama Buddha hidup berdampingan secara harmonis.

Nama Sewu, yang dalam bahasa Jawa berarti seribu, menunjukkan bahwa candi yang tergabung dalam gugusan Candi Sewu tersebut jumlahnya cukup besar, walaupun sesungguhnya tidak mencapai 1000 buah. Tepatnya, gugusan Candi Sewu terdiri atas 249 buah candi, terdiri atas 1 candi utama, 8 candi pengapit atau candi antara, dan 240 candi perwara. Candi utama terletak di tengah, di ke empat sisinya dikelilingi oleh candi pengapit dan candi perwara dalam susunan yang simetris.

Candi Sewu mempunyai 4 pintu gerbang menuju pelataran luar, yaitu di sisi timur, utara, barat, dan selatan, yang masing-masing dijaga oleh sepasang arca Dwarapala yang saling berhadapan. Dari pelataran luar ke pelataran dalam juga terdapat 4 pintu masuk yang dijaga oleh sepasang arca Dwarapala, serupa dengan yang terdapat di gerbang luar.
Arca Dwarapala yang terbuat dari batu utuh tersebut ditempatkan di atas lapik persegi setinggi sekitar 1,2 m dalam posisi satu kaki berlutut, kaki lainnya ditekuk, dan satu tangan memegang gada. Tinggi arca Dwarapala ini mencapai sekitar 2,3 m.

Candi utama atau candi induk terletak di pelataran persegi seluas 40 m2, yang dikelilingi pagar dari susunan batu setinggi 0,85 m. Bangunan candi berbentuk poligon bersudut 20 dengan diameter 29 m. Tinggi bangunan mencapai 30 m dengan 9 atap yang masing-masing mempunyai stupa di puncaknya.
ubuh candi berdiri di atas batur setinggi sekitar 2,5 m. Kaki candi dihiasi pahatan bermotif bunga dalam jambangan. Untuk mencapai permukaan batur yang membentuk selasar, terdapat tangga selebar sekitar 2 m yang dilengkapi dengan pipi tangga. Pangkal pipi tangga dihiasi makara, kepala naga dengan mulut menganga lebar, dengan arca Buddha di dalamnya. Dinding luar pipi tangga dihiasi pahatan berwujud raksasa Kalpawreksa.
Di atas ambang pintu tidak terdapat Kalamakara, namun dinding di kiri dan kanan ambang pintu dihiasi pahatan kepala naga dengan mulut menganga. Berbeda dari yang terdapat di pangkal pipi tangga, bukan Buddha yang terdapat dalam mulut naga, melainkan seekor singa.
Candi utama yang dibangun dari batu andesit ini mempunyai pintu utama di sebelah timur, sehingga dapat dikatakan bahwa candi utama ini menghadap ke timur. Selain pintu utama, terdapat 3 pintu lain, yaitu yang menghadap ke utara, barat dan selatan. Semua pintu masuk dilengkapi dengan bilik penampil. Ruang dalam tubuh candi berbentuk kubus dengan dinding terbuat dari susunan bata merah. Di dalam ruangan ini terdapat sebuah 'asana'. Pada dinding luar tubuh dan kaki atap candi terdapat relung-relung berisi arca Buddha dalam berbagai posisi.
Candi perwara dan candi apit seluruhnya terletak di pelataran luar. Di setiap sisi terdapat sepasang candi apit yang berada di antara candi utama dengan deretan dalam candi perwara. Setiap pasangan candi apit berhadapan mengapit jalan yang membelah halaman menuju ke candi utama.

Candi apit berdiri di atas batu setinggi sekitar 1 m, dilengkapi dengan tangga selebar sekitar 1 m menuju ke selasar di permukaan kaki candi. Di atas ambang pintu bukan dihiasi pahatan Kalamakara, melainkan beberapa panil relief. Atap candi berbentuk stupa dengan deretan stupa kecil menghiasi pangkalnya. Dinding tubuh candi apit dihiasi dengan sosok-sosok pria berbusana kebesaran, nampak seperti dewa, dalam posisi berdiri memegang setangaki teratai di tangannya.
Candi perwara dibangun masing-masing dalam empat deret di sisi terluar mengelilingi candi utama dan candi apit. Pada deret terdalam terdapat 28 bangunan, deretan kedua terdapat 44 bangunan, deretan ketiga terdapat 80 bangunan, dan deretan ke empat 88 bangunan. Semua candi perwara, kecuali yang berada dalam deretan ketiga, menghadap ke luar atau membelakangi candi utama. Hanya yang berada dalam deretan ketiga yang menghadap ke dalam. Sebagian besar candi perwara dalam keadan rusak, tinggal berupa onggokan batu.

Candi Plaosan
Swa Foto di Candi Plaosan 
Setelah makan, kamilan jutkanke candi plaosan. Candi Palosan kira2 2-3 km dari Candi prambanan. biaya masuk murah sekali hanya 3 ribu rupiah. Memasuki candi Plaosan candi ini punya keuikan lagi. melihat di sana ada hal unik karena candi ini adalah candi hasil akulutrasi dari 2 budaya yang berbeda. Candi buhda tetapi bangunananya kayak hindu, ada stupa juga ada ratna, masuk candi utama ada patung budha tetapi bermahkota.  Ya memang candi ini adalah candi hasil akulturasi budaya. keren kan ya kerukunan agama saat itu.

Tambahan : Candi Plaosan terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, kira-kira 1,5 km ke arah timur dari Candi Sewu. Candi ini merupakan sebuah kompleks bangunan kuno yang terbagi menjadi dua, yaitu kompleks Candi Plaosan Lor (lor dalam bahasa Jawa berarti utara) dan kompleks Candi Plaosan Kidul (kidul dalam bahasa Jawa berarti selatan). Pahatan yang terdapat di Candi Plaosan sangat halus dan rinci, mirip dengan yang terdapat di Candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Sari.
Candi Plaosan yang merupakan candi Buddha ini oleh para ahli diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu, yaitu pada awal abad ke-9 M. Salah satu pakar yang mendukung pendapat itu adalah De Casparis yang berpegang pada isi Prasasti Cri Kahulunan (842 M). Dalam prasasti tersebut dinyatakan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan, dengan dukungan suaminya. Menurut De Casparis, Sri Kahulunan adalah gelar Pramodhawardani, putri Raja Samarattungga dari Wangsa Syailendra. Sang Putri, yang memeluk agama Buddha, menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya, yang memeluk agama Hindu.

Candi Plaosan 
Pendapat lain mengenai pembangunan Candi Plaosan ialah bahwa candi tersebut dibangun sebelum masa pemerintahan Rakai Pikatan. Menurut Anggraeni, yang dimaksud dengan Sri Kahulunan adalah ibu Rakai Garung yang memerintah Mataram sebelum Rakai Pikatan. Masa pemerintahan Rakai Pikatan terlalu singkat untuk dapat membangun candi sebesar Candi Plaosan. Rakai Pikatan membangun candi perwara setelah masa pembangunan candi utamanya.

Pada bulan Oktober 2003, di kompleks dekat Candi Perwara di kompleks Candi Plaosan Kidul ditemukan sebuah prasasti yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 M. Prasasti yang terbuat dari lempengan emas berukuran 18,5 X 2,2 cm. tersebut berisi tulisan dalam bahasa Sansekerta yang ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno. Isi prasasti masih belum diketahui, namun menurut Tjahjono Prasodjo, epigraf yang ditugasi membacanya, prasasti tersebut menguatkan dugaan bahwa Candi Plaosan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.



Candi Hijau,
Candi Hijau Pemandangan yang memukau 
Lanjut perjalanan ke candi Ijo, perjalanan ke arah ratu boko ya beberapa km dari ratu boko, melewati tebing breksi yang ramai naik lagi samapai di cand ijo, kenapa di sebut candi ijo karena katanya itu di daerah ijo  dan katanya dari jauh memang candi itu berwarna ijo atau hijau.. Masuknya biaya Rp 5 ribu, murah meriah, tetai yang penting bayar ya. masuk ke candi ijo yang membuat keren adalah pemandangannya. wuih keren.. di pucak bukit kita dapat melihat pemandangan kota jogja, dari sini kita dapat melihat pesawat naik turun bandara. Kalo kesini katanya saat sunset, pantesan ketika mulai sore tidak semakin sepi tapi justru  semakin ramai, anak muda ingin menikmati tenggelammnya matahari di ufuk barat.
Waktu Semakin sore.
Waktu semakin sore, tanpa terasa seudah seharian kami berkeliling, menyaksikan betapa luar biasanya warisan budaya yang di miliki Bangsa ini. Kami putuskan untuk salat ashar terlebih dahulu sebelum kami meneruskan ke destinasi lain, kami mencari masjid ke arah perjalanan ke Ratu Boko,  Setelah menunaikan ibadah salat Ashar. kami lanjutkan ke destinasi terakhir di Candi banyunibo,

Candi Banyu nibo 
Candi Banyunibo
Di Candi Banyunibo kami hanya berhenti sejenak, kami tidak memasuki area Candi kami hanya lihat dari pagar depan.dan ber foto sejenak.
Tidak banyak yang kami ketahui dari candi tersebut karena kami juga tidak membaca keterangan yang biasanya ada di depan candi
Ini yang dapat kami dapatkan dari google :

Candi Banyunibo yang berada di pertengahan sawah di selatan candi Prambanan
Candi Banyunibo (yang berarti 'air jatuh-menetes' dalam bahasa Jawa) adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari Kota Yogyakarta ke arah Kota Wonosari. Sekitar 5,6 km ke arah selatan dari candi Prambanan, dan secara administratif terletak di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.

Bangunan candi ini bernama Candi Banyunibo yang berada tidak jauh dari kompleks Ratu Boko, Candi Barong, dan Candi Ijo. Bahkan di sekitar candi ini pun banyak dijumpai situs candi yang berserakan di beberapa dusun sekitarnya. Candi ini diketemukan dalam keadaan runtuh dan kemudian mulai digali dan diteliti pada tahun 1940-an. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi Banyunibo jarang dikunjungi wisatawan.

Pulang 
setelah berfoto kami pulang. tidak selancar dengan keberangkatan kami, kepulangan kami agak tersendat. jalannya weh padat merayap, macet parah di depan Prambanan, kami ingin lewat alternatif yang kami tahu saat berkunjung Candi Plaosan, ternyata setelah kami telusur ujungnya ke jalan utama jogja-solo kembali. jalan benar-benar padat, sempat mapir salah Magrib di Boyolali dan makan malam di alun-alun ungaran. Sejenak kami melepas lelah di perjalanan dan menikmati sepiring mie godhok untuk mengisi sekaligus menghangatkan perut. sejenak setelah melepas lelah kami teruskan perjalanan.
perjalanan kami teruskan lewat jln Gunungpati, saya berpisah dengan Rifa di SMP 22 Semarang. setelah itu pulang sampai rumahkira2 puku 2110 WIB

Perjalanan yang memelahkan tetapi sangat berkesan. banyak pengetahuan dan ilmu baru dan sebuah pesan.
jaman dulu leluhur kita sudah sangat rukun, masak kita kalah... mari rukun dan santun..


info jalan-jalan lain