Jalan Jalan ke berau.
Saat nya jalan-jalan lagi ke berau. Kita mulai dari yogya,
naik taxi Rp. 50.000 ke bandara. Terus kenal boarding Tax bandara Rp 35.000,
yang agak mahal adalah ongkos pesawatnya sekitar Rp 1,3 juta waktu itu naik
Sriwijaya. Lumayan di pesawat dapat makan mie dan minum kopi/teh. Perjalanannya
harus transit dulu ke Balikpapan sekitar 2 jam, Sampai Balikpapan wah, luar biasa Bandaranya, gede
dan terlihat mewah. Berbeda dengan setahun yang lalu ketika saya kunjungi. Tapi
tidak lama kami dibandara, karena pesawat transit sudah menunggu kami.
Perjalanan kami teruskan ke berau. Awalnya saya pikir bakalan sepi nih
perjalanan, tetapi begitu kami masuk pesawat ternyata salah, Pesawatnya full
Penumpang. Rata-rata cowok, pekerja penambang Batu bara, memang berau adalah
kotanya batu bara.
Samapai di bandara, kesanya hampir sama waktu balikpapan, Wau
buset kota berau bandaranya oke, semarang, Jogja lewat. Bandaranya keren, tapi
sepi ga ada pengunjung lain, rame di depan bandara hanya penunggu kedatangan
dari penumpang pesawat kami. Penerbangan kami adalah penerbangan terakhir waktu
itu, sekitar pukul 19.00 WITA. Naik taxi Rp 100.000 ke kota, taxinya ngebut,
karena jalannya sepi, mungkin malam ya jadi sepi. Setengah jam kami di taxi
mulai ada kehidupan, rumah-rumah terlihat, dan mulai ada keramaian. Tak pikir
memang malam ya jadi sepi. Kami mencari tempat penginapan yang bersih tapi
murah meriah dapatlah rekomendasi adalah penginapan tiara sanggam.
Penginapannya murah sekitar 200 ribu untuk 2 orang tapi kamar mandi nya luar.
udah ada AC, 2 bed dan TV.
Oh iya, sebelum jalan-jalan ke berau harus bawa uang yang
lumayan ya, info saja, Walupun kita masih di Indonesia dan masih pake rupiah
mata uangnya, tapi kayakknya kurs sudah berubah. Pecahan terkecil di sini
adalah Rp 2.000, uang 1.000 atau 500 sudah hampir tidak ada. Mungkin ada tapi
jumahnya tidak banyak, untuk mengganti pecahan itu biasnya di ganti permen.
1000 dapat 3 permen, 500 dapat 1 permen. J
Makan di sini kalo di penyetan atau orang di sisni menyebut
lalapan paling tidak lag satu orang 35.000. karena es teh Rp 5000. Es jeruk
7.000. makan lalapan ayam Rp.30.000.00. untuk itu ada tempat makan faforit
kami, murah meriah (untuk ukuran di berau) dan bisa ambil nasi sendiri (ini
yang penting) adalah di warung Arema dan Warung Semarang. Lumayan Rp 20.000
sudah makan sederhana, Artinya Sayur, lauk, es teh . J atau menu waktu malam hari tentus
aja Nasi goreng. Rp 15.000.
Jalanan di berau ternyata belum ada kata macet, Jalannya
lengang, kendaraan masih jarang,. Kita bisa leluasa berkendara disini, saking
leluasanya maka orang-orang di sini kalo jalan parah. Belok kanan belok kiri
tampa reting, jadi walau lengan tetap waspada ya. Kotanya bersih, dan yang keren. Pengemis,
pengamen, asongan dan tukang parkir tidak ada. Kegiatan itu di larang oleh
pemerintah. Yang aneh lagi di sini adalah orang
terbiasa membuka rumah dengan kunci masih menggantung, kunci motor tanpa
di kunci stang, motor masih ada kuncinya di mana-mana. Kata orang sini aman
saja. Buset hampir tidak ada tindak pencurian. Tapi walau gitu kelengkapan helm
, SIM, STNK dll kudu lengkap. Polisi tidak kenal negosiasi. Ga bawa helm Rp
500.000, ga baw a SIM 1 juta. STNK ga di bawa motor di gelandang ke kantor
polisi. Ehm harus gitu ya biar tertib.
Di Berau kota batubara, tetapi kata orang sini kotanya ramai
dulu, katanya sudah banyak tambang batu bara yang tutup karena sudah habis.
Alasan yang lain adalah harga batu bara dunia sedang turun, maka harga jual
tidak sebanding dengan harga produksi atau
biaya penambangan. Alhasil hanya sedikit tambang batu bara yang masih
beroperasi.
Kota ini masih kalimantan banget, karena masih banyak
penduduk asli, orang dayak walupun semakin tergusur. Orang jawa dan bugis mulai
berdatangan di berau sebagai pekerja tambang atau pedangang. Di berau ada 3
daerah besar. Ada di tanjung redep sebagai pusat kotanya, sambiliung dan gunung
Tabur.
Sambiliung merupakan cikal bakalnya di sama nasih banyak
orang dayak dan masih ada keraton sambilung di tepian. Konon katanya keratonnya
pecah ketika belanda datang. Muncul keraton baru di gunung tabung. Di sisi
sungai lainnya. Oleh belanda politik adu domba dilakukan untuk memecah
masyarakat di sama. Tetapi akhirnya ketika belanda kalah, dan masa kemerdekaan.
Keraton sambilung dan keraton gunung tabur bersatu dan menjadi kota berau dan
memilih tanjung redep sebagai pusatnya. Awalnya berau adalah Daerah Istimewa
berau lo. Kayak di jogja.
Anak nongkorng berau suka sekali tuh nongkrong di pinggir
sungai alias tepian, kayak di samarinda, walau tepiannya tak semeriah di
samarinda. Yang tidak kalah hebah berau masih ada Masjid agung dan pasar yang
gede se Indonesia. Cukuplah jalan-jalan
keberaunya. Masih banyak cerita sih, tentang pasar malam yang ada orang jual
obat dengan pakean dayak. Unik lah.
Kalo ke berau jangan lupa bagi ceritanya
biaya ke berau
info jalan-jalan lain
- Jembatan Mahakam
- Jalan-jalan Naik kapan keliling mahakam
- Islamic Center Samarinda
- Masjid Shirathal Mustaqiem
- Balikpapan Pintu Kaltim
- Jalan-Jalan Ke Kudus
No comments:
Post a Comment