Friday, May 30, 2014

Jalan jalan Kota Berau


Jalan Jalan ke berau.
Saat nya jalan-jalan lagi ke berau. Kita mulai dari yogya, naik taxi Rp. 50.000 ke bandara. Terus kenal boarding Tax bandara Rp 35.000, yang agak mahal adalah ongkos pesawatnya sekitar Rp 1,3 juta waktu itu naik Sriwijaya. Lumayan di pesawat dapat makan mie dan minum kopi/teh. Perjalanannya harus transit dulu ke Balikpapan sekitar 2 jam, Sampai  Balikpapan wah, luar biasa Bandaranya, gede dan terlihat mewah. Berbeda dengan setahun yang lalu ketika saya kunjungi. Tapi tidak lama kami dibandara, karena pesawat transit sudah menunggu kami. Perjalanan kami teruskan ke berau. Awalnya saya pikir bakalan sepi nih perjalanan, tetapi begitu kami masuk pesawat ternyata salah, Pesawatnya full Penumpang. Rata-rata cowok, pekerja penambang Batu bara, memang berau adalah kotanya batu bara.
Samapai di bandara, kesanya hampir sama waktu balikpapan, Wau buset kota berau bandaranya oke, semarang, Jogja lewat. Bandaranya keren, tapi sepi ga ada pengunjung lain, rame di depan bandara hanya penunggu kedatangan dari penumpang pesawat kami. Penerbangan kami adalah penerbangan terakhir waktu itu, sekitar pukul 19.00 WITA. Naik taxi Rp 100.000 ke kota, taxinya ngebut, karena jalannya sepi, mungkin malam ya jadi sepi. Setengah jam kami di taxi mulai ada kehidupan, rumah-rumah terlihat, dan mulai ada keramaian. Tak pikir memang malam ya jadi sepi. Kami mencari tempat penginapan yang bersih tapi murah meriah dapatlah rekomendasi adalah penginapan tiara sanggam. Penginapannya murah sekitar 200 ribu untuk 2 orang tapi kamar mandi nya luar. udah ada AC, 2 bed dan TV.
Oh iya, sebelum jalan-jalan ke berau harus bawa uang yang lumayan ya, info saja, Walupun kita masih di Indonesia dan masih pake rupiah mata uangnya, tapi kayakknya kurs sudah berubah. Pecahan terkecil di sini adalah Rp 2.000, uang 1.000 atau 500 sudah hampir tidak ada. Mungkin ada tapi jumahnya tidak banyak, untuk mengganti pecahan itu biasnya di ganti permen. 1000 dapat 3 permen, 500 dapat 1 permen. J
Makan di sini kalo di penyetan atau orang di sisni menyebut lalapan paling tidak lag satu orang 35.000. karena es teh Rp 5000. Es jeruk 7.000. makan lalapan ayam Rp.30.000.00. untuk itu ada tempat makan faforit kami, murah meriah (untuk ukuran di berau) dan bisa ambil nasi sendiri (ini yang penting) adalah di warung Arema dan Warung Semarang. Lumayan Rp 20.000 sudah makan sederhana, Artinya Sayur, lauk, es teh . J atau menu waktu malam hari tentus aja Nasi goreng. Rp 15.000.
Jalanan di berau ternyata belum ada kata macet, Jalannya lengang, kendaraan masih jarang,. Kita bisa leluasa berkendara disini, saking leluasanya maka orang-orang di sini kalo jalan parah. Belok kanan belok kiri tampa reting, jadi walau lengan tetap waspada ya.  Kotanya bersih, dan yang keren. Pengemis, pengamen, asongan dan tukang parkir tidak ada. Kegiatan itu di larang oleh pemerintah. Yang aneh lagi di sini adalah orang  terbiasa membuka rumah dengan kunci masih menggantung, kunci motor tanpa di kunci stang, motor masih ada kuncinya di mana-mana. Kata orang sini aman saja. Buset hampir tidak ada tindak pencurian. Tapi walau gitu kelengkapan helm , SIM, STNK dll kudu lengkap. Polisi tidak kenal negosiasi. Ga bawa helm Rp 500.000, ga baw a SIM 1 juta. STNK ga di bawa motor di gelandang ke kantor polisi.  Ehm harus gitu ya biar tertib.
Di Berau kota batubara, tetapi kata orang sini kotanya ramai dulu, katanya sudah banyak tambang batu bara yang tutup karena sudah habis. Alasan yang lain adalah harga batu bara dunia sedang turun, maka harga jual tidak sebanding dengan harga produksi atau  biaya penambangan. Alhasil hanya sedikit tambang batu bara yang masih beroperasi.
Kota ini masih kalimantan banget, karena masih banyak penduduk asli, orang dayak walupun semakin tergusur. Orang jawa dan bugis mulai berdatangan di berau sebagai pekerja tambang atau pedangang. Di berau ada 3 daerah besar. Ada di tanjung redep sebagai pusat kotanya, sambiliung dan gunung Tabur.
Sambiliung merupakan cikal bakalnya di sama nasih banyak orang dayak dan masih ada keraton sambilung di tepian. Konon katanya keratonnya pecah ketika belanda datang. Muncul keraton baru di gunung tabung. Di sisi sungai lainnya. Oleh belanda politik adu domba dilakukan untuk memecah masyarakat di sama. Tetapi akhirnya ketika belanda kalah, dan masa kemerdekaan. Keraton sambilung dan keraton gunung tabur bersatu dan menjadi kota berau dan memilih tanjung redep sebagai pusatnya. Awalnya berau adalah Daerah Istimewa berau lo. Kayak di jogja.
Anak nongkorng berau suka sekali tuh nongkrong di pinggir sungai alias tepian, kayak di samarinda, walau tepiannya tak semeriah di samarinda. Yang tidak kalah hebah berau masih ada Masjid agung dan pasar yang gede se Indonesia.  Cukuplah jalan-jalan keberaunya. Masih banyak cerita sih, tentang pasar malam yang ada orang jual obat dengan pakean dayak. Unik lah.
Kalo ke berau jangan lupa bagi ceritanya
biaya ke berau 
info jalan-jalan lain

No comments:

Post a Comment